Ditinggal sang ibu sejak 8 tahun silam Panji (11) dan Purna (8) hidup sederhana di gubuk tak layak bersama sang Ayah Pahori (66) yang kini sering sakit sakitan. Saat ibu pergi Purna masih sangat bayi ia tak pernah mengenal sosok sang ibu.
Untuk bertahan hidup Panji dan Purna blusukan ke hutan mencari kayu bakar, kayu-kayu itu mereka kumpulkan untuk mereka jual ke tetangga yang ada di sekitaran, hasil dari jual kayu bakar tak banyak hanya Rp 6 ribu uang itu cukup untuk mereka bertiga makan satu kali, dan terkadang jika kayu mereka kumpulkan tak laku mereka harus menahan lapar.
Mata sayunya tersenyum, seiring merekah senyum di wajahnya, tanpa alas kaki, Panji dan Purna berlari kecil menenteng 1 kresek hitam berisi nasi bungkus yang akhirnya bisa mereka beli.
Saat ini Panji dan Purna duduk sekolah dasar. Panji kelas 5 dan Purna kelas 2 SD. Di sekolah pun mereka memiliki tunggakan biaya buku, dikarenakan uang hasil mencari kayu bakar hanya untuk buat makan mereka bertiga.
Ketika tim rumah yatim menemui dua bocah ini terutama si Panji, Panji mengenakan celana pendek yang robek dan basah karena tak memiliki celana lain sehingga celana tersebut setelah dicuci Panji pakai lagi untuk mencari nafkah. Panji berkata nanti kering sendiri mas, kena panas di jalan ujar bocah kecil ini.
Tak terbayang, betapa tangguhnya 2 bocah ini. Jauh dari kata layak, kehidupannya begitu memprihatinkan. kerasnya kehidupan menjadi teman tumbuhnya saat ini. Jangankan bermanja, Panji dan Purna sudah harus menjadi tulang punggung untuk sang Ayah yang kini hanya terbaring sakit.