LAYAKNYA mahluk hidup, penyakit pun juga bisa bermutasi sehingga dapat bertahan terhadap obat. Biasanya penyakit akan terjadi karena adanya virus, bakteri, jamur atau parasit yang masuk ke tubuh.
Sayangnya, penggunaan obat seperti antibiotik yang tidak tepat, malah membuat penyakit tersebut kebal. Kondisi tersebut disebut dengan Antimicrobial Resistance (AMR) ketika obat-obatan yang dirancang untuk membunuh mikroba-mikroba tersebut tidak lagi mempan.
Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, dr. Kalsum Komaryani, MPPM, menjelaskan bahwa AMR atau biasa dikenal dengan resistansi antimikroba masih menjadi penyumbang angka kematian yang besar di dunia.
Saat ini kematian akibat AMR sebanyak 700 ribu orang per tahun. Diprediksi pada 2050, kematian akibat AMR bisa meningkat hingga 10 juta orang per tahunnya.
“Resistansi antimikroba merupakan ancaman global karena dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien, meningkatkan biaya pelayanan kesehatan dan meningkatkan angka kesakitan dan kematian akibat infeksi,” kata dr. Yani, dalam sesi jumpa pers secara virtual yang disiarkan di channel YouTube Kementerian Kesehatan, Kamis (18/11/2021).
Dia melanjutkan, upaya pengendalian resistansi antimikroba dilaksanakan dengan pendekatan multi sektoral (One Health).